Suara yang muncul belakangan. Berbunyi membelakangi nalar. Yang tak pernah didengar. Samar. Lamat-lamat. Lama-lama hilang.
2.08.2007
Kisah Anta dan Prota
Apa salah satu plot favorit film Hollywood?
Tokoh antagonis dibikin abu-abu.
Kadang tokoh antagonis diposisikan sebagai korban, jadi meskipun antagonis tapi audiens dipaksa berempati. Misalnya Catwoman atau Penguin di film Batman.
Atau kadang tokoh antagonis ini justru punya kedekatan dengan tokoh protagonisnya. Misalnya Hannibal Lecter di Silence of the Lambs.
Apa salah satu plot favorit sinetron Indonesia?
Tokoh antagonisnya dibikin item seitem-itemnya, tokoh protagonis putih seputih-putihnya.
(Jadi inget tagline Hugos: “Tempat Party se-party-party-nya” =P )
Misalnya di sinetron ala Hidayah (Hikayah? Habibah? Ah whatever). Tokoh Istri berjilbab yang suaminya miskin, trus diajak ama temennya ngelacur. Pas ketauan dan dinasehatin sama Pak Ustadz, malah si Istri marah2 dan maki-maki
“AHHH PAK USTADZ INI NGAPAIN SIH IKUT CAMPUR URUSAN ORANG. Emangnya kalo kita kelaparan Pak Ustadz mau ngasih makan kita!!??? Udah sana Pak Ustadz ke mesjid aja sana! Sholat gih!”
"Astaghfirullah…"
(Yang ngucap ini selain tokoh pak Ustadz di sinetron itu, juga gue--Gue lebih karena shock kok ada ya penulis skenario setega ini sama karakter ciptaannya…)
Atau ada di sebuah sinetron non religi, yang ceritanya: Bapak-Ibunya itu gak punya uang sementara anak-anaknya lumayan kaya. Si anak ngomong gini,
“Bapak dan Ibu itu udah gak bisa ngasih warisan, malah ngerongrong kita. Orang tua yang baik kalo meninggal itu ngasih warisan! Lagian bapak dan ibu katanya orang yang taat beragama, berarti udah biasa puasa dong!! Tahan laper dikit kenapa sihh!!?”
Tokoh Bapak, Tokoh Ibu, dan gue: “Astaghfirullah…”
Entah apa yang ada di otak penulis skenario sinetron Indonesia.
Mungkin, mereka nganggep orang Indonesia itu bodoh, jadi kalo dikasih abu-abu, bingung yang mana antagonis yang mana protagonis.
Tapi…jangan-jangan emang bener ya?
Jangan-jangan emang begitu karena orang-orang Indonesia di kehidupan sehari-hari emang cenderung dikasih tontonan realitas yang serba abu-abu, jadi susah mbedain antagonis dan protagonis.
Ada (mantan) Narapidana jadi ketua PSSI, siap ndodosin duit APBD-APBD katanya demi “tontonan rakyat” bernama sepakbola.
Ada Menteri yang ‘tangannya bersimbah darah’ korban kecelakaan transportasi laut, darat, dan udara, tapi mukanya yang kucel dan rambutnya yang putih bikin dia dikasihani.
Ada Menteri yang bikin kelaparan ribuan orang, tapi karena dia “Beragama”, jadinya gak terlalu dihujat. (Sama dong sama SPG-SPG dari Univ Moestopo Beragama… :p )
Tapi gue rasa enggak juga.
Buktinya ada orang-orang yang konsisten tetap dengan statement-statement antagonisnya ala sinetron.
Misalnya, ada menteri cameh yang ngurusin kesejahteraan rakyat tapi :
Pas harga elpiji naik, dia nyuruh orang pake kompor minyak
Pas harga minyak naik, dia nyuruh orang pake kompor briket batubara
Pas perusahaannya nenggelemin puluhan desa di sidoarjo, dia bungkem
Terakhir pas Jakarta tenggelem, dia bilang media massa membesar2kan masalah seolah-olah Jakarta mau kiamat –cek di sini
(pak…buat yang mati dan hartanya ludes dibawa air itu namanya kiamat kaleee…)
atau ada Gubernur yang tahun 2002, daerah yang dia pimpin tenggelem, dia bilang, “Siapapun gubernurnya, saya yakin gak ada yang bisa nyelesein masalah banjir ini!”(terus kenapa elo pak yang jadi gubernur? Kenapa gak Pak Slamet tukang nasi goreng depan rumah gue? Sama-sama gak bisa ngatasin banjir kan?)
Tahun 2007 pas jakarta tenggelem (lagi) dia bilang dia gak bisa ngatasin sendiri, dan katanya emang ada daerah-daerah Jakarta yang letaknya rendah jadi WAJAR kelelep. (hellooooo…Bapak gubernur kan? Helloooo…Belanda letaknya di bawah permukaan laut bukan, pak?)
Jadi berterimakasihlah pada Sutiyoso dan Aburizal Bakrie.
Karena berkat mereka, audiens kita udah dikasih contoh tokoh antagonis itu kayak apa. Jadi mereka gak bodoh lagi. Jadi sebenernya gak perlu lagi penulis skenario sinetron menghitamputihkan permasalahan. Malah jadi gak membumi dengan keseharian.
Gak se-membumi skenario Ekskul yang jadi film terbaik FFI 2006…
Gubrak!
(Sepatu milik Nia Dinata, Mira Lesmana, dan Riri Riza mendarat di muka gue.)
Meja lt 2 kantor deket pintu manggarai
080107
Byurrrr.Byuuuuur.Biarrrr.
Subscribe to:
Posts (Atom)