|
(c) @KapanKawinMovie |
Gue bukan pengamat film.
Bukan juga penikmat film.
Jadi ini bukan review film.
Gue nulis cuman karena
sutradaranya temen baik gue aja.
mwahahahahahahak!
Tapi dari semua filmnya yang gue datengin premiernya –gue
gak pernah putus nonton sejak nonton film keduanya dia yaitu “Alexandria”, baru kali ini
gue niat nulis soal filmnya. Mungkin
karena gue ngerasa film terbaru dia ini layak ditonton banget.
Gue kenal Ody C. Harahap dari sejak kecil.
Bahkan dari jaman dia blom dikasih panggilan Ochay.
Iya, kita teman sekelas pas kelas 1 & 2 SMP.
Kita temenan lanjut terus sampe gede, biarpun SMA dan kuliah
gak barengan.
Jadi kalo ada ungkapan “Heh! Gue tauk kecil looooo!”
Nah dalam kasus pertemanan gue & Ochay, emang iya
kondisi itu beneran terjadi. :D
Dari dulu kita berdua paling seneng becanda-becanda goblok --terutama
dengan bahan joke yang ngetawain diri sendiri.
Ngetawain kebodohan-kebodohan kita.
Ngetawain nasib-nasib sial kita.
Ngetawain hal-hal lain-lain dalam diri kita.
Pernah suatu masa kita punya teman yang lucu, tapi sayangnya
sering banget joke-nya nyela-nyelain orang lain.
Gue sama Ochay ngebahas, bahwa joke kayak gitu itu ya lucu
juga sik, tapi… kok agak sedikit gimana gituuuuuh.
(pengen bilang “gak etis” tapi kok kayaknya terlalu berat
yak? :D )
Malam itu (5/2/2015)
Ochay ngebuka premier pemutaran filmnya
dengan mengolok-olok industrinya sendiri.
Industri film.
Dia bilang filmnya itu film art.
Film festival.
“Siapa tahu bakal dikirim ke Berlin kan? Wah ada Joko pula
neh…” kata dia sambil nunjuk ke Joko Anwar yg memang “biang kerok” soal
ricuhnya pengiriman delegasi ke festival film di Berlin.
soal kasus ricuh itu bisa dibaca di link-link:
Satu bioskop ketawa.
Karena memang isinya kebanyakan teman-teman satu industri
film.
Mereka tahu olok-olok Ochay ke industrinya.
Dan mereka sadar bahwa mereka sendiri ada di “pusaran” itu.
Apalagi sih yang bisa dilakuin sama seseorang ketika elo
gemes dengan suatu kondisi, tapi lo gak bisa ngapa-ngapain?
Ya ketawa aja lah.
Itu jugalah yang terjadi saat kita nonton film "Kapan Kawin?"
Itu sendiri.
Tadinya gue pikir frasa “Kapan Kawin?” akan jadi bagian
dialog yang berulang-ulang di adegan-adegan di dalamnya.
Frasa yang jadi frasa wajib di acara-acara keluarga dari
mulai lebaran, arisan, sampai nikahan dan jadi momok para jomblo, tadinya gue pikir akan dieksploitasi sama
Ochay sebagai sumber-sumber kelucuan.
Tapi ternyata enggak.
Cerita meluncur dengan sangat mulus.
Dari depan sampai belakang.
Melalui joke-joke segar, kita dipaksa ngetawain diri
sendiri.
Ngetawain lingkungan kita sendiri.
Ngetawain kultur kita sendiri.
Ngetawain pola-pikir pola–pikir kita sendiri.
Ngetawain diri sendiri --dengan sedikit perih, karena
kemudian sadar bahwa kita sering banget menerapkan standar bahagia melalui
kacamata orang lain, bukan dari kacamata kita.
Sesekali Ochay juga ngetawain industrinya (lagi) dengan
mengeksploitasi karakter Reza Rahardian yang di film itu berperan jadi Satrio, seorang aktor-- yang notabene adalah bagian dari industri film.
Ketengilan-ketengilan yang over-akting tipikal seniman.
Kontradiksi-kontradiksi tipikal industri film, seperti soal Inferioritas – Superioritas antara Film vs Sinetron.
Hal itu semua muncul lewat dialog-dialognya yang segar.
Beberapa dialognya pun meski ringan, cukup cerdas, gak
bertele-tele dan quote-able--sebuah hal yang baru gue temuin di film Ochay kali
ini.
|
(c) @KapanKawinMovie |
Dialog-dialog yang kemudian waktu kita pulang ke rumah, bisa
nyisa sedikit jadi sebuah perenungan.
Bahwa gak ada satupun orang di dunia ini yang berhak bilang
bahwa kita tidak bahagia, kecuali diri kita sendiri.
Bahwa gak ada satu orangpun yang berhak menentukan siapa
pasangan hidup yang pantas buat kita kecuali diri kita sendiri.
Toh pada akhirnya kita sendiri yang akan ngejalanin berdua,
menembus pasang surutnya kehidupan.
Kita sendiri yang akan ngejalanin berdua, ngelewatin naik
turunnya jalan kehidupan.
Kita sendiri yang akan berdansa berdua, meliuk-liuk di tengah
licinnya kehidupan.
Jadi berbahagialah buat kita yang udah nemuin.
Yang belum?
Yang udah nemuin terus ilang lagi?
Ya udahlah ketawa-ketawa aja yuk –sambil nonton film ini.
:)
---
"When we dance,
angels will run
and hide their wings"
- When We Dance ~ Sting (1994)
120215
Ruang Umpel2an Dirs #NRD2RDO.
Kapan? Kapan? Kapan-kapan.