12.30.2012

Hari Ibu. Hari Gini?


Apa yang paling nyebelin –sekaligus juga menyenangkan-- dari twitter?

Twitter itu… semua hal HARUS dibahas! :p
Yang gak penting dibikin penting.
Sementara yang penting dibahas berlebihan.
Kalau perlu diperdebatkan berlarut-larut, malah.

Beberapa tahun intens main di sosial media yang satu ini, kadang bisa membuat kita jadi ‘ahli nujum’.  :D

Bisa nebak kira-kira apa yg bakal ramai dan kayak apa ramainya di twitter.

Contohnya Hari Ibu, 22 Desember ini.
Sudah hampir bisa dipastiin tweet-tweet bakal banyak diisi testimonial dan ‘puja-puji,’ plus kalimat-kalimat inspirasional tentang Ibunda masing-masing.

Biasanya bakal ada beberapa seri tweet yang bercerita slice of life kehidupannya dan gimana hebatnya sang ibu.

Biasanya tweet-tweet sejenis itu bakal nerima sambutan –sekaligus ‘sambitan’—dari yang lain.

Sambutannya tentu yang positif dan ngerasa ikut terinspirasi sama tweet-tweet jenis beginia. Tapi yang nyinyir dan ngasih sambitan, juga pasti bakal bermunculan.

Sambitannya bentuknya bisa sebuah pertanyaan:
“Harusnya gak perlu ada tuh hari ibu. Kan tiap hari harusnya jadi hari ibu. Emangnya elo cuman ngehargain nyokap lo setahun sekali?”

Atau:
“Eh kalo emang elo ngehargain nyokap lo, ya ngomong langsung sana, kok malah ngomong ke twitter…”

Oh! Oh! Oh!
Belom selesaaaiii!
Jangan lupa, ada yang biasanya lebih keras dengan ngebahas dari sisi lain:
“Yang bener itu Hari Perempuan. Bukan Hari Ibu! Jadi hari ini tuh milik semua perempuan, bukan cuman kaum ibu! “

Perdebatan biasanya kemudian makin seru dan makin meluas yang kadang-kadang bahkan ujung-ujungnya melebar jadi ‘perang gender’ he he..

Tapi mari kita lihat dari sisi baiknya.
Ini artinya semua orang ngerasa Hari Ibu itu penting.
Atau paling gak cukup penting untuk dijadikan isu penting.
Atau paling gak…. cukup penting untuk semua orang ngerasa jadi orang penting dengan ngebahasnya di twitter. :))

Mungkin karena tiap orang pasti lahir dari seorang ibu.
Laki-laki maupun perempuan.
Gak ada satupun manusia di dunia ini yang gak lahir dari rahim seorang ibu.

Konon, rasa sakit waktu ngelahirin anak itu, adalah rasa sakit yang paling luar biasa yang bisa dirasain oleh seorang manusia.
Gue pake kata ‘konon’ tentunya karena gue gak pernah dan gak bakal bisa ngelahirin, jadi gak tauk rasanya.

Rasa sakit yang paling luar biasa yang pernah gue rasain cuma waktu timnas Indonesia dikalahin Malaysia di SEA Games 2011 atau AFF Cup 2010 dan 2012…. *tsaaaah…

Baiklah.
Kembali ke soal ibu.
Apa yang membedakan saat kita masih single dengan saat kita sudah menikah dan punya anak?

Buat gue pribadi perubahannya itu adalah: penghargaan gue ke orang tua gue mendadak berubah drastis.
Jadi orang tua itu berarti menempatkan diri kita pada posisi yang sama dengan orang tua kita, waktu membesarkan kita.

Yang artinya ngerasain sendiri betapa sulitnya bagi waktu, pikiran, perhatian, dan tenaga buat anak-anak kita.

Jadi orang tua itu ternyata gak gampaaaangggggg, boooooookkkkk!

Ini  ‘memaksa’ kita mengagumi seorang perempuan yang menjadi ibu.

Sebagai seorang anak laki-laki –kebetulan satu2nya-- dari empat bersaudara. Gak heran kalo gue cukup dekat sama nyokap. Kata orang, anak laki-laki memang lebih mudah dekat sama nyokap. Paling gak itu yang terjadi dalam kasus gue, karena nyokap gue adalah seorang ibu rumah tangga, yang artinya secara keseharian akan lebih banyak waktu yang gue habiskan sama beliau daripada sama bokap gue.

Pada waktu nulis ini kebetulan dua anak gue lagi gak enak badan. Anak gue cewek yang pertama, Naia 8 tahun,  dan anak gue cowok yang kedua, El 20 bulan, sama-sama lagi demam panas. Kebayang kan kalau dua anak gak enak badan? 
Merengek penuh manja.
Sasaran kemanjaannya sudah hampir pasti bundanya.
Dua-duanya cuma mau tidur sama bundanya.
Inilah momen-momen di mana Ayah gak laku! :)))

Memori gue pun langsung jatuh ke nyokap.
Kayak gimana ya kira-kira kalau keempat anaknya waktu itu sakit berbarengan?
Ngadepin rengekan keempat anaknya yang kurang enak badan, pasti adalah sebuah ‘teror’ yang melelahkan.
Yang gue rasain dengan dua anak saja udah melelahkan, apalagi dengan empat anak.
Gak kebayang lagi kalau seorang Ibu yang punya lebih dari empat anak…

Dengan pengalaman seperti itu, gak heran, nyokap gue sering ikutan ngasih nasihat-nasihat soal mengasuh dan membesarkan anak.
Nasihat-nasihat yang sering gue salahartikan sebagai keikutcampuran.
Nasihat-nasihat yang sering gue abaikan karena kekunoannya…

Padahal,
dengan segala keterbatasan finansialnya waktu itu,  dengan segala keterbatasan akses informasi di masa itu, beliau berhasil bahu-membahu sama bokap, menunaikan tugasnya sebagai orang tua, membesarkan 4 anak dengan selisih 2-3 tahunan antar anak, biayain sekolahnya, ngasih makan, mengasuh, nyediain waktu, tenaga, pikiran, dan perhatian buat empat orang anaknya dengan adil.

(Iya sih sekarang bisa bilang adil, dulu aja ngerasa dibeda-bedain :p)


Jadi…
Apapun itu namanya,
Hari Ibu atau Hari Perempuan, memang layak untuk kita rayain.
Paling  gak itu bakal ngingetin kita bahwa ada seorang perempuan yang berjasa membesarkan kita jadi kayak sekarang.

Sama kayak kita merayakan hari kemerdekaan buat ngingetin kita udah merdeka dari jajahan bangsa asing …

Makanya, maaf, kalau hari gini, masih pada berdebat soal Hari Ibu.
Gue malas ikutan.
Gue lebih pilih ngabisin energi buat meluk perempuan-perempuan yang ada di sekitar gue.
Terutama yang udah jadi ibu.

Selamat Hari Ibu, teman-teman…



---

Shadow boxing when I heard you on the radio

I just don't know
What made you forget that I was raw?
But now I got a new tour

- Mama Said Knock You Out ~ LL Cool J (1990)

181212
Ruang Ijo Gantinya Ruang Kuning Narrada Lt 2
Ibu. Bapak. Anak..



[uncut & casual version blog postingan gue di Ayahbunda  ]

8.03.2012

Kepo Membunuh Kucing



















Sering denger dong kata “kepo”?
Yap. Populer gegara twitter.
Saking populernya, bahkan tadinya gue sempet bikin configurasi kata “Kepo” waktu bikin TTS di sebuah majalah. Sayang kemudian karena keterbatasan space, akhirnya terpaksa gue ganti –iya itu foto di atas, tadinya :)

Kepo konon berasal dari kata “kay poh”, sebuah kata Singlish yang artinya: Someone who interferes with others; one who is nosy, intrusive or meddlesome” ~ wiktionary

Terjemahan bebasnya mungkin keikutcampuran.
Atau keingintahuan.
Atau kepengentauan.
Atau apalah itu.

Yang pasti keingintahuan itu emang salah satu sifat dasar manusia.

Gak perlulah lama-lama mantau timeline twitter kalo cuma mau liat “ke-kepo-an” bin keingintahuan.

Pancing aja pake satu tweet .

Dyarrr.
Boong aja, kalo abis itu gak banyak yang kepo dan nyamberhore. :))
Cek aja reply-an dan mentionnya. :p
(Malah ternyata ada yang sampe DM segala HAHAHAHA)

Kata orang, keingintahuan jugalah yang bikin umat manusia bisa lebih maju daripada makhluk hidup lain. Banyak perkembangan teknologi, penemuan-penemuan, dan inovasi yang terjadi ‘akibat’ sebuah keingintahuan manusia akan suatu hal.

Keingintahuan tentang asal usul manusia dan soal keberadaannya di alam semesta, misalnya, ternyata udah menciptakan berbagai macam usaha-usaha dan pengembangan-pengembangan teknologi, seperti eksplorasi luar angkasa.

Gak usah sejauh teknologi kayak gitu,  bahkan filosofis keingintahuan pun bisa menginspirasi lahirnya film keren-nya Jodie Foster, Contact (1997). --Meski sayang juga mendasari lahirnya film busuk, Prometheus (2012) *sigh* 

Itulah.

Keingintahuan itu pisau bermata dua.
Selain mendasari hal-hal yang positif, pastinya ada yang negatif juga.
Kayak orang bule bilang: “curiosity killed the cat”
Keingintahuan juga bisa bikin kita celaka.

Udah sering kejadian, gara-gara sebuah kecelakaan, terjadi kecelakaan berikutnya. 
Cuman gara-gara si pengemudi yang melintas, pengen tauan ada kecelakaan apa. 
Dianya sendiri jadi meleng dan nabrak mobil depannya.
Geblek.

Yang juga sama bahayanya itu adalah keingintahuan yang dilakuin di dunia maya.

Kenapa?
Karena kadang begitu gede keingintahuannya, sampai lupa buat hati-hati dan gak sadar akan konsekuensi dari tindakannya.

Udah bukan cerita baru, cuman karena pengen tauan pengguna internet kepancing sama link berjudul  “Video terbaru Ariel” lalu tiba-tiba kena virus spam.

Keingintahuan seseorang yang kurang hati-hati dan main ngeklak ngeklik link. Bahkan bisa bikin kena phising,  password akun email atau akun socmednya kebobol. Kiamat kan?

Beberapa lainnya malah punya keingintahuan, tapi males baca permission, terms and condition, dan sejenisnya, pas nge-authorize sesuatu. Begitu udah kejadian kemudian ngomel-ngomel kayak anak kecil.

Atau yang paling sederhana, seorang jomblo yang kepengentauan, kemudian baca2 timeline twitter mantannya. Begitu tau mantannya lagi sama pacar barunya, langsung nangis-nangis garuk-garuk aspal.  Gak konsen kerja. HAHAHAHAHA! 
*ngakak2 sambil nunjuk2*

Internet & keingintahuan.
Dua hal yang saling melengkapi dan saling membesarkan.

Idealnya juga seharusnya ikut melengkapi dan membesarkan kita penggunanya, menjadi dewasa.
Bukan justru sebaliknya, bikin kita kayak anak kecil.
Atau malah mati kayak anak kucing.

Bahwa masih ada yang milih jadi anak kecil atau mati kayak anak kucing, ya itu pilihan.
Silakan dinikmati pilihannya… :)


---

Now I'm paralyzed
Still stuck in that time
When we called it love
But even the sun sets in paradise
- Payphone ~ Maroon 5 feat Wiz Khalifa (2012)

030812
Ruang Ijo Gantinya Ruang Kuning Narrada Lt 2
Country. Kampung. Ndesit.





3.15.2012

Pengalaman Itu Guru


















Banyak yang bilang: pengalaman adalah guru yang baik.
Iya. Bener.
Gue lumayan dapet banyak pelajaran dari pengalaman.
(Woyy ini gak ada hubungannya sama umur yaaaa!! :p)

Salah satunya adalah pengalaman kehilangan Lintang.
Dari situ gue belajar bahwa sepahit dan sepedih apapun cobaan yang kita dapet, sebisa mungkin, kita secepatnya move on.

Move on.
Dua kata yang sekarang makin populer gegara twitter.

Gampang diucap, gak gampang dilakuin…

Beberapa bulan lalu dua teman baik gue, Nana dan juga Fe, ngalamin hal yang sama.
Mereka keilangan jabang bayi mereka yang udah ditunggu-tunggu banget.

Kalimat pertama –dan satu-satunya-- yang gue sampein ke mereka adalah:

“Diikhlasin ya…”

Gue tahu itu yang terpenting.
Sekaligus gue tahu itu yang tersulit.

Pengalamanlah yang bikin gue tahu
Dan bikin gue lebih bisa berempati.

Tapi hati-hati.
Pengalaman itu dua mata pisau.

Karena pengalaman jugalah, yang kadang bikin orang jadi SOK TAHU dan GAK SIMPATIK.
Pengalaman bisa dengan mudah bikin orang tepok dada, “Gue tahu banget”
Pengalaman bisa dengan mudah bikin orang mengecilkan orang lain, yang lagi ngalamin peristiwa yang sama.

Bayangin aja, kalo gue kemaren tergelincir dengan ngomong ke Nana atau Fe:

“Udah jangan dipikirin, jangan sedih terus-terusan, gak ada gunanya. Harus cepet dilupain tuh. Kayak gue dulu…”

Desssss….

Pasti dalam hitungan detik mereka berdua akan sebel ke gue.
Males dengernya.
Lagi sedih keilangan jabang bayi kaleeeeee….


Pengalaman bisa jadi adalah guru yang baik.
Tapi pengalaman juga bisa jadi guru yang jahat.
(Ada ya guru jahat? Guru killer gituh istilahnya kalo jaman gue sekolah? :p )

Ada lho orang yang  gara-gara ngerasa berpengalaman, terus membuat dirinya menjadi seorang pakar.
Nggak salah, sik.
Tapi  ya nggak sepenuhnya bener juga.

Contohnya,
Berkali-kali nikah-cerai, bukan berarti bikin seseorang jadi ahli pernikahan kan, BETUUUUL? *intonasi ala AA Gym*

Sering nabrak atau nyrempet mobil gak berarti bikin seseorang jadi pakar lalu lintas kan? –suruh jadi anggota KNKT ajah…

Orang yang punya pengalaman sembuh dari berbagai macam penyakit bukan berarti dia bisa jadi dokter kan? –testimoni DRTV aja deh

Orang yang pola hidupnya sehat sepanjang waktu pun bukan berarti boleh ngasih konsultasi kesehatan seperti pakar medis kan? –Pfffttt…

Orang yang main twitter & facebook sejak lama pun bukan berarti terus bisa pake julukan Social Media Guru kan di kartu namanya? –NOKOMEN!!

bla bla bla bla bla bla…

Pengalaman, kata orang itu mahal.
Gak bisa dibeli, kayak orang beli vote atau followers :p
Tapi kan bukan berarti kalo kita punya, trus jadinya dipake buat gagah2an atau ngecilin orang lain.
Mending dipake buat ngembangin diri sendiri.
Buat learning untuk kita supaya lebih baik di masa depan.

Misalnya,
udah pengalaman satu periode punya presiden kayak gitu, kok ya masih milih lagi periode berikutnya… :DDD
Yang udah pengalaman punya gubernur ahli omdo soal macet dan banjir, mbok nanti dipake buat ngingetin diri sendiri pas pilkada jangan dipilih lagi… :p

Kita berada di era sosial media, di mana derasnya akses informasi dan demokratisasi suara plus konten, --sedikit-- memerdekakan kita dari kungkungan rezim korporasi dan kapitalis.
Alhasil semua informasi tumplek blek jadi satu--termasuk pengalaman banyak orang yang di-share.
Simpang siur.

Tapi jangan lupa.
akal sehat masih tetap harus dipiara.
Karena akal sehat adalah karunia Yang Maha Di Atas.
Sebuah tools yang cuman dimiliki makhluk hidup bernama manusia...
 
BETUL!??
FAHAM!!?
ALHAMDU….?


..LILLAAAAAAAHHHHHH (koor anak2 singkong)



Special thanks buat Najwa Shihab & Fe Utomo buat izin berbagi ceritanya sedikit


---

Do you ever feel already buried deep?
Six feet under screams, but no one seems to hear a thing
Do you know that there's still a chance for you?
Cause there's a spark in you
- Fireworks ~ Katy Perry (2010)

150312
Ruang Ijo Gantinya Ruang Kuning Narrada Lt 2
Kibulan. Nyibulan. Bulan.