2.12.2015

KAPAN KAWIN?
Mari Menertawakan Diri Sendiri.



(c) @KapanKawinMovie
Gue bukan pengamat film.
Bukan juga penikmat film.
Jadi ini bukan review film.
Gue nulis cuman karena  sutradaranya temen baik gue aja.

mwahahahahahahak!

Tapi dari semua filmnya yang gue datengin premiernya –gue gak pernah putus nonton sejak nonton film keduanya dia yaitu “Alexandria”,  baru kali ini gue niat nulis soal filmnya.  Mungkin karena gue ngerasa film terbaru dia ini layak ditonton banget.


Gue kenal Ody C. Harahap dari sejak kecil.
Bahkan dari jaman dia blom dikasih panggilan Ochay.
Iya, kita teman sekelas pas kelas 1 &  2 SMP.
Kita temenan lanjut terus sampe gede, biarpun SMA dan kuliah gak barengan.
Jadi kalo ada ungkapan “Heh! Gue tauk kecil looooo!”
Nah dalam kasus pertemanan gue & Ochay, emang iya kondisi itu beneran terjadi. :D

Dari dulu kita berdua paling seneng becanda-becanda goblok --terutama dengan bahan joke yang ngetawain diri sendiri.
Ngetawain kebodohan-kebodohan kita.
Ngetawain nasib-nasib sial kita.
Ngetawain hal-hal lain-lain dalam diri kita.

Pernah suatu masa kita punya teman yang lucu, tapi sayangnya sering banget joke-nya nyela-nyelain orang lain.
Gue sama Ochay ngebahas, bahwa joke kayak gitu itu ya lucu juga sik, tapi… kok agak sedikit gimana gituuuuuh.
(pengen bilang “gak etis” tapi kok kayaknya terlalu berat yak? :D )

Malam itu (5/2/2015)
Ochay ngebuka premier pemutaran filmnya dengan mengolok-olok industrinya sendiri.
Industri film.
Dia bilang filmnya itu film art.
Film festival.

“Siapa tahu bakal dikirim ke Berlin kan? Wah ada Joko pula neh…” kata dia sambil nunjuk ke Joko Anwar yg memang “biang kerok” soal ricuhnya pengiriman delegasi ke festival film di Berlin.

soal kasus ricuh itu bisa dibaca di link-link:


Satu bioskop ketawa.
Karena memang isinya kebanyakan teman-teman satu industri film.
Mereka tahu olok-olok Ochay ke industrinya.
Dan mereka sadar bahwa mereka sendiri ada di “pusaran” itu.
Apalagi sih yang bisa dilakuin sama seseorang ketika elo gemes dengan suatu kondisi, tapi lo gak bisa ngapa-ngapain?

Ya ketawa aja lah.

Itu jugalah yang terjadi saat kita nonton film "Kapan Kawin?" Itu sendiri.

Tadinya gue pikir frasa “Kapan Kawin?” akan jadi bagian dialog yang berulang-ulang di adegan-adegan di dalamnya.
Frasa yang jadi frasa wajib di acara-acara keluarga dari mulai lebaran, arisan, sampai nikahan dan jadi momok para jomblo, tadinya gue pikir akan dieksploitasi sama Ochay sebagai sumber-sumber kelucuan.

Tapi ternyata enggak.

Cerita meluncur dengan sangat mulus.
Dari depan sampai belakang.
Melalui joke-joke segar, kita dipaksa ngetawain diri sendiri.
Ngetawain lingkungan kita sendiri.
Ngetawain kultur kita sendiri.
Ngetawain pola-pikir pola–pikir kita sendiri.
Ngetawain diri sendiri --dengan sedikit perih, karena kemudian sadar bahwa kita sering banget menerapkan standar bahagia melalui kacamata orang lain, bukan dari kacamata kita.

Sesekali Ochay juga ngetawain industrinya (lagi) dengan mengeksploitasi karakter Reza Rahardian yang di film itu berperan jadi Satrio, seorang aktor-- yang notabene adalah bagian dari industri film.
Ketengilan-ketengilan yang over-akting tipikal seniman.
Kontradiksi-kontradiksi tipikal industri film, seperti soal Inferioritas – Superioritas antara Film vs Sinetron.
Hal itu semua muncul lewat dialog-dialognya yang segar.
Beberapa dialognya pun meski ringan, cukup cerdas, gak bertele-tele dan quote-able--sebuah hal yang baru gue temuin di film Ochay kali ini.

(c) @KapanKawinMovie

Dialog-dialog yang kemudian waktu kita pulang ke rumah, bisa nyisa sedikit jadi sebuah perenungan.
Bahwa gak ada satupun orang di dunia ini yang berhak bilang bahwa kita tidak bahagia, kecuali diri kita sendiri.

Bahwa gak ada satu orangpun yang berhak menentukan siapa pasangan hidup yang pantas buat kita kecuali diri kita sendiri.

Toh pada akhirnya kita sendiri yang akan ngejalanin berdua, menembus pasang surutnya kehidupan.
 
Kita sendiri yang akan ngejalanin berdua, ngelewatin naik turunnya jalan kehidupan.
 
Kita sendiri yang akan berdansa berdua, meliuk-liuk di tengah licinnya kehidupan.

Jadi berbahagialah buat kita yang udah nemuin.

Yang belum?
Yang udah nemuin terus ilang lagi?
Ya udahlah ketawa-ketawa aja yuk –sambil nonton film ini.
:)


---



"When we dance,
angels will run
and hide their wings"

- When We Dance  ~  Sting (1994)


120215
Ruang Umpel2an Dirs #NRD2RDO.
Kapan? Kapan? Kapan-kapan.


1 comment:

uti said...

Kirain filmnya alay abisnya judulnya gitu, tapi sempet curiga kok yang main Adinia sama Reza pasti ada sesuatu di film ini. Ternyata sutradaranya temen lo ya mas, ditambah baca ini makin yakin deh pengen nonton hehe. Beli dipidi aslinya aahh *udah ada belum ya*